Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Laman

BISMILLAHI AR-RAHMAN AR-RAHIIM

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Jumat, 01 Mei 2009

Physicologies pendididkan

Penjara Hidup

swadexi

Adanya sekolah atau kampus sebenarnya bukan tanpa alasan ataupun hal yang sia-sia hanya saja SISTEM yang ada di Indonesia pada khususnya, belum mampu mengakomodasi kebutuhan seseorang dalam rangka proses pembelajaran, saya sering memberikan ilustrasi seperti ini. kita semua mengetahui bahwa tipe belajar seseorang ada 3 cara: audiotorial, visual, dan kinestetik. suatu hari seorang kinestetik mengikuti sebuah pelajaran, karena tipenya yang lebih nyaman menggunakan indra perasanya, dan melakukan gerakan saat mempelajari sesuatu maka dia terkena marah, " budi kalau guru sedang menerangkan sesuatu coba diam nanti kamu TIDAK MENGERTI, nanti KAMU BODOH, coba kamu kedepan kerjakan soal ini" ternyata kata TIDAK MENGERTI menjadi do'a yang dikabulkan, sang anak gagal menyelesaikan soal, sepulang kerumah sang anak mendapat nasihat tambahan "Budi bapak bilang apa, jika guru mengajar, kamu diam,nanti kamu TIDAK MENGERTI, nanti KAMU BODOH". peristiwa ini terjadi berulang kali hingga sang anak dengan keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diaplikasikan dalam perbuatan meyakini bahwa SAYA BODOH...

Saat ini sistem yang ada sangat cocok untuk seorang dengan dominan audiotorial, dan mulai ditunjang olah visual seperti gambar, kinestetik seperti praktikum masih sangat minim. belum lagi anggaran dana pendidikan yang cuma Rp.0,000000...1 menambah sesak nafas sistem pendidikan di negeri ini "mau pintar kok mahal". saat usia 7 tahun seorang anak diIndonesia telah mulai memasuki sekolah dasar kelas 1, dan sang ibu dan ayah menyerahkan sepenuhnya pola pambentukan kepribadian, mental dan pengembangan diri seorang anak pada sistem yang ada di sekolah, begitu pula ketika berlanjut tingkat sekolah menengah sang anak masih dipercayakan dibentuk oleh sekolah, dan semakin kiat mengakar dalam keyakinan bahwa "kalau kamu mau jadi "orang" kamu harus pintar". perkataan ini bisa menjadi pemicu perkembangan diri sang anak dan bisa menjadi racun yang mematikan ketika sang anak merasa bahwa dirinya bodoh dan akhirnya dia meyakni "saya ini orang bodoh jadi saya tidak bisa sukses" sampai akhir hayat. Pola fikir ini banyak saya temukan ketika mengadakan beberapa perbincangan masa depan dengan bebrapa orang yang berlatar belakang berbeda, saat saya menanyakan kepada mereka " apakah anda pernah mencoba meningkatkan kualitas kehidupan anda" atau dengan pertanyaan "kedepan rencana bapak/ibu mau seperti apa untuk meningkatkan kehidupan ibu/bapak", mereka menjawab dengan nada sama " saya ini tidak punya keahlian apa-apa, sekolah saja cuma tamat.... jadi ya seperti ini saja sudah syukur". jujur saya merasa sangat kasihan dengan mereka, padahal Allah SWT menciptakan manusia dengan sangat sempurna (sumulyatul insan),dan tidak ada yang bodoh didunia ini yang ada adalah orang yang percaya dirinya bodoh, IQ buka ukuran, toefel bukan standarisasi, bahkan tidak ada ayatnya bahwa manusia yang paling sukses adalah manusia yang IQnya tinggi, toefelnya diatas 500 ujian dapat 100 dan segalanya, Allah SWT akan meninggikan orang yang memiliki ILMU PENGETAHUAN beberapa derajat, saya teringat perkataan Reza M Syarif (motivator No.1 Indonesia, rekor MURI) bahwa kata ILMU PENGETAHUAN yang dikaitkan dengan sekolah atau kuiah hanyalah menciptakan sebuah TEMPURUNG, beliau mengajak untuk belajar dalam Live University yang sangat kaya akan ilmu pengetahuan.

Hal ini menyadarkan kita akan pentingnya orang tua dan kelurga dekat dalam pola pengembanga diri seorang anak, Mahatma Ghandi pernah menuliskan kalimat indah "anakmu bukanlah dirimu, anakmu bukanlah seperti apa yang kau inginkan, anakmu memiliki bentuk sendiri, tugasmu hanyalah membantunya menemukan bentuk yang sempurna". apapun yang terjadi kepada seorang anak bukanlah tangung jawab guru sekolah,atau guru les tapi tangung jawab orang tuanya dan kita semua. untuk itu saya berpesan kepada diri saya dan mereka yang memiliki harapan kepada anaknya untuk bersama-sama menjaga dan membantu anak menemukan bentuk sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar